Perbedaan generasi merupakan a transitory phenomenon dan akan selalu berubah, berganti karena itu bersifat sementara. Kesementaraan permanen, senantiasa diisi dengan peremajaan generasi terus menerus, susul menyusul tak berpenghabisan. Untuk melihat perubahan generasi dan berapa intensitasnya. Analisa Hutington, Life Cycle atau Maturation Approach, bila generasi menjadi tua, maka mereka akan meniru jejak atau melakukan sesuatu persis yang dilakukan generasi sebelumnya. Pandangan ini akan terjadi di masyarakat stabil, sehingga tidak terjadi perubahan karena minimnya konflik. The Interaction Theory, bisa terjadi bila generasi tua mempersiapkan alih generasi dengan menjembatani keinginan antara generasi tua dan muda. Perbedaan antar generasi akibat dari urutan waktu (the Product of Sequnce ), ada perubahan, dan sedikit konflik. The Experental Theory, faktor yang menentukan pembentukan generasi adalah Experience of an age cohort, point penilaian pada suatu generasi tertentu (umurnya) yang sedang berada pada the most formatif age.
Generasi tua dalam prosesnya telah melahirkan sebuah generasi muda yang merupakan akibat dari keberadaan generasinya, konsep generasi mau dimasukan kedalam analisa politik maka secara implisit ada anggapan tentang pembentukan sikap politik serta keyakinan politik. Generasi menurut Marvin ritala adalah sekelompok individu yang mengalami the same basic historical experience selama tahun-tahun formatifnya. Generasi semacam itu akan sulit berhubungan dengan generasi sebelumnya dan generasi sesudahnya.
Pada masa penjajahan Belanda, banyak pribumi loyal dengan Pemerintahan Belanda, karena mereka generasi di jaman, yang mana dunia belum berkobar api pergerakan, masih tercengkram kolonialis-imprealis. Sehingga generasi tersebut dalam kelangsungan hidup harus menghamba dengan penjajah dan mempertahankan status kepangkatan, keningratan, strata/kelas buatan Belanda. Bila melawan arus akan mengalami kehancuran, karena belum adanya cita-cita bersama. Generasi tersebut di awal pergerakan mendapat pertentangan hebat dari tokoh-tokoh muda seperti Tan malaka, Sukarno, Suwardi, H. Agus Salim.
Generasi tua menganggap Generasi muda sebagai generasi grusunan (kurang sabaran). Namun generasi muda memandang generasi sebelumnya adalah model lama (kuno), kurang dinamis dan kurang mampu beradaptasi dengan jaman. Konggres Pemuda 1928 yang dihadiri beberapa kelompok pemuda seperti Jong Celebes, Jong Java (Tri Koro Dharmo), Jong Sumatera dan lain-lain, telah melahirkan “Sumpah Pemuda”. Mereka bertekad menyatukan visi perjuangan, dari unsur kedaerahan (Primodialis) berubah menjadi cita-cita nasionalis, menentang feodalisme dan strata/kelas yang berlaku.
Dari masa ke masa selalu terjadi Pertentangan (Contradiksi) antar generasi. Peristiwa penculikan Sukarno di Rengasdengklok merupakan perseteruan antara dua generasi. golongan Muda di motori Sukarni, Adam Malik menginginkan percepatan kemerdekaan Indonesia. sedangkan golongan tua menunggu perkembangan dunia dan masih terikat perjanjian dengan Jepang, Perbedaan pandangan antara generasi tua dan generasi muda diliputi saling curiga dan kurang kepercayaan antar generasi, kekuatiran bila salah satu mendominasi hingga membatasi atau menghancurkan generasi satunya, seperti kasus perseteruan di tubuh BKR antara tentara eks KNIL (Belanda) dan eks PETA (Jepang) yang sama-sama menginginkan jadi pimpinan militer.
Masalah Generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri berlawanan, yakni keinginan-keinginan untuk melawan (radikalisme, delinkwensi) dan sikap apatis (penyesuaian membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Di Jaman Demokrasi terpimpin banyak pemuda pro Sukarno mendukung revolusi anti Nekolim (Neo Kolonialis-Imprialis), sejalan program pemerintah pada waktu itu. Sedangkan Generasi muda tergabung dalam KAMI, menginginkan pengunduran diri Presiden Sukarno yang dianggap menyimpang konstitusi. Mereka menamakan diri “Parlemen Jalanan”, menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA), Gerakan ini di beck up pihak militer (pada saat itu TNI berseteru dengan PKI), Mereka juga membedakan dua generasi dengan memberi label Pemerintahan Era Sukarno Adalah ORLA (Orde Lama) sedangkan pemerintahan Suharto sebagai ORBA (Orde Baru).
Dengan berlalunya waktu generasi muda yang dulu progresif, yang telah berhasil menurunkan Sukarno, sekarang telah berubah menjadi Generasi tua/lama. generasi ini berusaha mempertahankan kekuasaan ( status quo ), Mereka tak mau bila eksistensi dan produk-produk jamannya diruntuhkan generasi berikutnya. Mereka juga sangsi dengan gerakan pemuda yang sering mengkritisi kinerja pemerintah. Maka pemerintah mengantisipasi dengan membentuk KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) sebagai wadah tunggal, untuk menyatukan organisasi-organisasi kepemudaan, organisasi ini dijadikan alat kontrol pemerintah untuk meredam gerakan pemuda. Mereka tidak menyadari bahwa ukurannya bukan lagi segi usia akan tetapi berdasarkan kemampuan. Persoalannya adalah generasi muda tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, setidaknya demikianlah pendapat mereka untuk membela diri bila ada yang mengkritik eksistensi generasinya. Munculnya gerakan mahasiswa 1998 merupakan akumulasi dari proses pergerakan, yang telah lama berlangsung dari mulai Gerakan pemuda angkatan 70-an, angkatan 80-an yang selalu gagal berdialog dengan pemerintah. DPR/MPR yang diharapkan sebagai balance of control atas kebijakan-kebijakan eksekutif telah mandul. Maka para Pemuda, elemen-elemen mahasiswa (GMNI, HMI, PRMK, PMII, SMID) yang bergabung dalam KAMMI, FORKOT, FORBES mencoba berperan kembali sebagai agent of change. Mereka turun ke jalan, menyerukan Reformasi, Sepuluh Tuntutan Rakyat (SEPULTURA).